Denpasar, nawabali.id – Vihara ini dibangun tahun 1999 ini memiliki 28 tempat pemujaan yang dilakukan di Griya ini.
Vihara ini terletak diperbatasan Kota Denpasar dan Badung, tepatnya di Jalan By Pas Ngurah Rai, Denpasar Selatan, Denpasar. Vihara ini juga bersebelahan dengan Pura Luhur Candi Darmada Tanah Kilap. Pada saat hari raya Imlek vihara ini penuh dengan jamaah. Selain itu juga ada tempat pemujaan 7 Bidadari yang dipercaya memberikan cinta kasih kerejekian dan peningkatan spiritual. Di sini umat berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Di sini ada tiga keyakinan menjadi satu, yakni Buda, Hindu, dan Tao. Selain umat memohon keselamatan juga ada permohonan lainnya seperti jodoh dan kesuksekan dalam bisnis. Di sini berstana tujuh dewi dan dewi tangan seribu.
Sedangkan bagian luar pagar bangunan bercorak merah emas ini dikelilingi patung singa penjaga Kongco, Gajah Maliki, Gajah Pali dan terdapat panglima perang di dalamnya, yakni Panglima Tio Kei dan Panglima Lau Im, gedong Panglima Emas Huang Cin Chua serta ornamen Naga di dalam Kongco yang memiliki makna kesejahteraan.
Yang membuat umat Hindu bersembahyang di lokasi ini adanya Padmasana Ratu Gede Pengenter Jagat Ratu Mas Rajeg Bumi yang menjadi simbol akulturasi Hindu. “Oleh karena adanya Palinggih Padmasana Ratu Gede Pengenter Jagat Ratu Mas Rajeg Bumi ini, umat Hindu Bali juga ikut bersembahyang di sini saat Imlek.
Tak ada sekat, kedua warga beda agama sembahyang bersama-sama dengan cara masing-masing.
Sarana sembahyang umat Hindu disebutkannya sama seperti tempat-tempat suci lainnya berupa banten pajati, canang, kwangen, bunga, dan juga dupa. Seusai bersembahyang, umat akan diperciki tirta sebagaimana sembahayang biasanya.
Hanya yang membedakan tempatnya. Tapi tujuan kedua umat bersembahyang di sini sama, yakni untuk meminta kesejahteraan, kebijaksanaan, serta keselamatan dan menjadi pribadi yang lebih baik. Saat Imlek juga rutin digelar kesenian antarbudaya seperti Barongsai serta kesenian Bali di kongco itu. (GAAS)
Leave a Reply