CANDRA METU: A Bali's Dance Legend in the Eyes of a Photographer

CANDRA METU, Penghargaan Fotografer Yan Palapa untuk Empu Seni Tari Bali

[adace-ad id="6771"]

 

Fotografer Bali, Yan Palapa, setahun lalu memulai proyek fotografi tentang Ni Ketut Arini. Yan memotret sang empu seni tari Bali berusia 77 tahun yang sedang menarikan Tari Candra Metu.

Arini belajar menari sejak muda dengan berguru pada banyak seniman tari kenamaan Bali. Pendidikan formal ditempuhnya di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang Institut Seni Indonesia) Denpasar. Ia kerap terpilih sebagai penari dalam misi kebudayaan ke berbagai negara. Melalui sanggar tari Warini yang didirikannya, ia juga mengajar tari. Murid-muridnya datang dari dalam dan luar negeri.

Salah satu guru tari Arini adalah mendiang I Nyoman Kaler (1892-1969). Seniman tari legendaris Bali inilah yang menciptakan Tari Candra Metu. Diilhami keindahan bulan purnama, Tari Candra Metu kini tergolong klasik dan sudah jarang dipentaskan.

Proyek fotografi Yan membuahkan buku foto Candra Metu: Ni Ketut Arini. Selain berisi foto-foto Arini ketika menarikan Candra Metu, buku mewah berbahasa Inggris ini memuat tulisan tentang Arini, Tari Candra Metu dan I Nyoman Kaler. Foto-foto sang empu tari juga didampingi puisi karya sastrawan Ayu Winastri.

Buku foto CANDRA METU: NI KETUT ARINI

Dalam foto-fotonya, Yan tidak sekadar mendokumentasikan Arini dan Tari Candra Metu. Ia  menciptakan karya seni fotografi. Arini dan Candra Metu dihadirkannya sebagai subjek yang memiliki makna baru.

Yan Palapa

Karya foto Yan berfokus pada tubuh perempuan yang menari. Namun bukan sebarang tubuh. Tubuh perempuan ini pekat diresapi memori dan citra tentang budaya Bali.

Baca Juga  Minikino Open December ke-17, Festival Film Pendek di Desa

Yan menciptakan narasi fotografis artistik yang berpusat pada seorang perempuan dan gerak tubuhnya. Perempuan ini sudah berusia senja, dan sedang membawakan tarian tua. Namun dalam foto karya Yan, perempuan ini tampak begitu energik. Tubuhnya seakan penuh daya hidup yang bergelora.

Dalam memotret Arini, Yan banyak menggunakan teknik motion blur yang menghasilkan citra buram dari objek yang bergerak. Teknik ini disebutnya “blurism“, dan telah bertahun-tahun dikembangkannya hingga menjadi ciri khas Yan Palapa.

Terutama dengan menerapkan teknik blurism yang menonjolkan gerak objek, Yan menciptakan citra tentang tubuh perempuan yang begitu dinamis. Itulah tubuh fisik yang juga menjadi kiasan dari tubuh budaya. Dinamisnya Arini dalam karya Yan menggemakan vitalitas budaya yang diusung sang penari: budaya Bali.

Dalam hampir semua karya foto Yan di buku Candra Metu, sosok Arini yang menari dilepaskan dari konteks ruang dan waktu. Tidak ada informasi apapun yang menunjukkan kapan dan di mana Arini menari. Sosok Arini dihadirkan nyaris tanpa latar yang menunjukkan situasi aktual terjadinya tarian, misalnya panggung, penabuh gamelan atau penonton.

Baca Juga  Saras Dewi: Menjaga Bumi, Merawat Tradisi Masa Lalu Bali

Penghilangan konteks tarian, posisi sentral penari dan penekanan pada gestur serta ekspresi wajah penari membuat sosok Arini hadir melampaui dirinya sendiri. Yan menyematkan status simbolis pada sosok Arini. Sang penari sepuh Bali yang membawakan tarian klasik bertransformasi menjadi simbol daya hidup, ketahanan dan martabat budaya Bali.

Perangko dan kartu pos seri Ni Ketut Arini

Buku Candra Metu merupakan ungkapan penghargaan Yan kepada Arini sebagai salah satu putri terbaik Bali dan Candra Metu sebagai salah satu karya terbaik Bali. Inilah sebentuk penghargaan kepada budaya Bali: sebuah budaya besar tua di tengah arus perubahan zaman.

Pameran foto karya Yan Palapa

Penghargaan kepada Ni Ketut Arini juga dikemas dalam acara pameran foto karya Yan Palapa dan santap malam bertajuk “Candra Metu: When the Moon Rises”. Acara berlangsung di Maya Sanur Resort and Spa pada Sabtu, 25 Januari.

Ni Ketut Arini (kiri) menari pada malam apresiasi “Candra Metu”

Selain peluncuran buku Candra Metu, acara malam apresiasi untuk Arini diisi dengan pementasan istimewa Tari Candra Metu oleh sang empu tari. Ditampilkan pula sejumlah tari Bali lainnya yang dibawakan oleh murid-murid Arini. Acara semakin meriah dengan pembacaan puisi oleh Ayu Winastri dan peragaan busana karya Shinta Chrisna. NAWABALI


Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *