Pendidikan Film Masuk Desa

 

PADA zaman teknologi informasi sekarang, pendidikan film tak hanya dimonopoli sekolah formal. Desa pun tidak mau ketinggalan.

Desa Padangsambian Kaja Denpasar menjadi tuan rumah acara layar tancap “Minikino Open December ke-17” pada Sabtu, 21 Desember. Acara yang digelar di Balai Pertemuan Karang Sari, Jalan Gunung Sari, Denpasar, ini menampilkan penayangan perdana film pendek hasil lokakarya kreatif perfilman di desa itu.

Sebelumnya, pada 6 – 8 Desember, berlangsung pelatihan “Literasi Film dan Produksi Film Pendek” yang diselenggarakan oleh Minikino bekerja sama dengan Kantor Desa Padangsambian Kaja. Pelatihan bertempat di Balai Desa Padangsambian Kaja.

Sehari menjelang pelatihan, diadakan acara “pemanasan” berupa pemutaran film dan diskusi program “ReelOzInd! Award Winners” di Art-House Cinema MASH Denpasar. Dihadiri seluruh peserta pelatihan dan pengurus Desa Padangsambian Kaja, acara ini diisi diskusi daring (online) melalui Skype dengan dua narasumber di Australia, Jemma Purdey (Direktur ReelOzInd!) dan Melanie Filler (produser film “Posko Palu”).

Untuk lokakarya kreatif “Literasi Film dan Produksi Film Pendek”, Minikino menyiapkan modul pelatihan dengan silabus yang padat. Para peserta remaja dari Desa Padangsambian Kaja dilibatkan secara aktif. Mereka menonton film, berdiskusi dengan para profesional di bidangnya, dan mengikuti seminar tentang sejarah, perkembangan kebudayaan serta teknologinya. Peserta juga dibekali pemahaman tentang kekuatan visual dan materi suara dalam film. Tak ketinggalan, mereka mempraktikkan seluruh rangkaian proses produksi film, mulai dari pengembangan ide, penulisan cerita, desain produksi dan produksinya sendiri.

Baca Juga  Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Salah Satu Vihara di Denpasar yang Unik dan Indah

Perbekel Padangsambian Kaja, I Made Gede Wijaya, menyambut baik lokakarya kreatif ini. “Pelatihan semacam ini diharapkan bermanfaat bagi generasi muda desa untuk memanfaatkan teknologi, media film serta industri kreatif yang dapat menjadi kekuatan desa supaya tidak ketinggalan zaman,” katanya ketika membuka acara pelatihan.

Direktur Minikino, Edo Wulia, mengawali pelatihan hari pertama dengan membawakan materi “Literasi Film: Sejarah Film Pendek di Dunia dan di Indonesia”. Edo memberikan informasi sejarah film dunia dan gambaran luas tentang perkembangan industri film di dunia seiring kemajuan teknologi.

Pelatihan dilanjutkan dengan sesi “Visual Storytelling” oleh I Made Suarbawa. Materi berfokus pada masalah alur cerita.

Lokakarya hari kedua dibuka dengan seminar “Literasi Film dan Media untuk Berpikir Kritis”. Pemateri, Nurafida Kemala Hapsari dan Saffira Nusa Dewi, membahas pengaruh publikasi dan persepsi penonton.

Inez Peringga kemudian memberikan materi “Kerjasama Tim dalam Produksi”. Dalam sesi ini, Inez menyampaikan pengalaman pribadinya ketika membuat film pendek pertama semasa kuliah di sekolah film.

Sesi berikutnya, “Suara dalam Film”, memaparkan sisi audio pada film. Materi ini diberikan untuk membangun pemahaman tentang kekuatan audio dan pengaruhnya pada visual. Peserta diberi pengenalan teknis dengan berbagai contoh dan praktik. Tim Minikino juga berbagi pengalaman ketika melakukan audio dubbing untuk keperluan festival internasional.

Baca Juga  GEGURITAN SALAMPAH LAKU: Lautan Kata Seorang Wiku

Hari kedua diakhiri dengan pembahasan cerita yang diajukan para peserta, juga desain produksi yang meliputi pembedahan naskah, termasuk lokasi, properti dan pemain. Para mentor dan fasilitator mengarahkan peserta untuk melakukan analisis mandiri terhadap ide cerita yang paling mungkin difilmkan.

Proses pengambilan gambar dan suara film dilangsungkan pada hari ketiga, mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore. Seluruh rangkaian acara pelatihan diakhiri dengan sesi evaluasi.

Sekretaris Desa Padangsambian Kaja, Ngurah Ketut Hariadi, sangat terkesan dengan capaian pelatihan ini. “Melihat antusiasme peserta, saya berharap apa yang difasilitasi desa dapat dimanfaatkan para peserta. Pelatihan diberikan dengan profesional. Awalnya saya tidak membayangkan bahwa dalam tiga hari, pelatihan bisa benar-benar menghasilkan produk film. Semoga minat masyarakat makin tinggi setelah nanti melihat hasilnya,” ujarnya. NAWABALI

 


Bagikan

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *