Geliat Anak Muda Baca Masa Depan Industri Mode Indonesia

[adace-ad id="6771"]

 

Arah mode generasi milineal Indonesia penuh ide segar. Detaknya terbaca dari karya para desainer muda yang dinyatakan lulus dari Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo yang ada di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bali. Mereka telah melampaui berbagai ujian dan presentasi untuk membuktikan kemampuan dan daya kreativitas.

Tahun ini, Time (waktu) dipilih menjadi tema utama untuk materi ujian sekolah dan presentasi alumni di hadapan masyarakat. Menurut desainer mode kenamaan Susan Budihardjo, waktu adalah keniscayaan yang menawarkan dua hal dalam satu tempo, lama dan baru, berubah dan tetap. Karenanya, waktu dapat dilihat dari berbagai sudut dan perspektif yang berbeda.

“Filosofi ini disodorkan sekolah kepada para siswa dan desainer muda untuk membuka imajinasi dan mengembangkan kreativitas sejauh mungkin dan menerjemahkannya menjadi sebuah koleksi karya dengan bebas dan kreatif,” ujar pendiri sekaligus pemimpin LPTB Susan Budihardjo ini.

Merayakan empat dasawarsa kiprahnya di dunia mode, LPTB Susan Budihardjo menggelar peragaan busana “Graduation Show 2020” bertema Time. Acara digelar pada 15 Februari di The Grand Ballroom, The Trans Resort Bali, Kerobokan, Seminyak, Bali.

Sejumlah desainer muda menampilkan beragam busana, mulai dari rancangan kostum, couture hingga busana siap pakai. Mereka adalah lulusan LPTB Susan Budihardjo Bali, Surabaya dan Semarang.

Baca Juga  Branding Majukan Bisnis Era Kekinian

Dari Bali, hadir karya busana tiga perancang muda: Indy Rizkiana, Marchelle Tan dan Julia Tori. Ketiganya alumnus LPTB Susan Budihardjo Bali.

Indy Rizkiana menangkap karakter waktu yang dilihatnya acap membuka kemurnian lubuk hati seseorang. Beragam suasana hati dikutipnya lewat busana warna merah, kuning, biru dan hijau berbahan tulle dan linen. Untuk menguatkan konsepnya, Indy menggambarkan seraut wajah di atas bahan linen.

Diilhami waktu bersantai, Marchelle Tan menciptakan busana kasual hitam dan putih monokromatis. Bahan ringan sifon, siluet A-line dan baju panjang melekat di badan diciptakannya untuk mewakili suasana santai.

Julia Tori dengan label Tori Golf mempersembahkan sepuluh busana golf untuk wanita dan pria. Uniknya, Julia memanfaatkan batik sebagai bahan baju golf, baik batik tulis maupun motif batik yang dicetak pada bahan poliester dan elastane.

Tema Time diterjemahkan Julia ke dalam perubahan batik dari waktu ke waktu, mulai yang lawas hingga bergaya kekinian. Selain baju bergaya dua-potong untuk pria dan wanita, ditawarkan juga topi, sarung tangan dan tas sepatu yang sejiwa dengan keseluruhan koleksi busananya.

Mewakili LPTB Susan Budihardjo Surabaya, Vella Virlia mempersembahkan tiga busana wanita yang bercerita tentang pendulum, bandul penghitung waktu pada abad ke-17. Gerak ayun pendulum menjadi sumber inspirasinya dan diterjemahkan menjadi gaya busana vintage. Paduan warna hijau keemasan dan hitam diadaptasi dari warna pendulum pada zaman itu. Rantai digunakan untuk merepresentasikan rantai bandul.

Baca Juga  Nawadwipa Menjawab Kebutuhan Bisnis Era Digital

LPTB Susan Budihardjo Semarang mengirim tiga alumnusnya. Mereka adalah Vidi J Jong, Dinisyu dan Qolbiana Zahra Adeputri.

Vidi J Jong terinspirasi waktu malam yang menghadirkan cahaya bulan dan serigala. Ia menampilkan terusan jumpsuit dan busana panjang dua-potong dengan tambahan elemen logam dan rantai.  Hitam, abu-abu dan perak menjadi warna pilihan untuk mengimbangi bahan kulit tiruan dan bulu-bulu imitasi serta sejenis besi ringan yang menjadi aksesori di kepala.

Dinisyu memandang waktu sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perilaku baik dan buruk. Konsep ini diterjemahkannya menjadi gaun-gaun asimetris hitam-putih berbahan satin yang dianyam. Ada juga bahan satin bridal dengan organdi jepang untuk gaun yang memeluk tubuh. Garis-garis hitam mengantarai blok putih dengan tulle pada ujung busana.

Qolbiana Zahra Adeputri menafsirkan golden hour, waktu setelah matahari terbit hingga terbenam. Hasilnya berupa busana modest wear yang ringan, kasual dan beraroma feminin. Scarf melengkapi padanan kemeja-blus dengan luaran dan overall, atau pasangan celana super lebar maupun rok dalam warna kuning muda keemasan berpadu kuning tua dan off-white berbahan linen dan katun.

Tak ketinggalan, ditampilkan pula tujuh belas set busana karya para guru LPTB Susan Budihardjo Bali. Ada lima pengajar yang unjuk karya, yaitu Jafar Sodiq, Luh Wina Sadevi, Ni Made Rica, Donny Silvester dan Andre Puspa. Karya para guru ini dipresentasikan dengan menggabungkan kreasi perancang yang satu dengan yang lain secara acak, sehingga melahirkan tampilan baru “mix-dont-match” yang unik.

Baca Juga  Magal Korean Resto Sajikan Masakan Otentik dengan Bumbu Langsung dari Korea Buka Cabang ke-30 di Kuta, Bali

Pagelaran busana “Graduation Show 2020” membuktikan reputasi LPTB Susan Budihardjo yang tidak diragukan lagi. Sekolah mode ini senantiasa memberi dorongan dan dukungan yang maksimal kepada para siswa, bahkan ketika mereka telah menjadi alumni.

Tiap tahun, LPTB Susan Budihardjo mengundang alumni untuk mempresentasikan karya di muka publik. Sekolah memfasilitasi penyediaan tempat, panggung, tata lampu, musik hingga model.

“Kami juga kerap mengikutsertakan murid dan alumni pada gelaran mode seperti Jakarta Fashion Week, Indonesia Fashion Week dll.,” papar Susan Budihardjo. “Hal ini kami lakukan demi menjadikan lulusan LPTB Susan Budihardjo paham tantangan yang akan dihadapi ketika terjun ke tengah masyarakat nantinya.”

Di penghujung acara, Susan tak lupa berpesan kepada generasi muda mode Indonesia. “Jangan lekas menyerah, jangan mudah putus asa. Jalani proses dengan hati ringan, perbanyak jam terbang untuk mengenali karakter karya pribadi. Bekerjalah lebih keras lagi, karena persaingan semakin kompetitif,” ujar desainer kondang ini. NAWABALI


Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *