Makna Hari Siwaratri

Makna Hari Siwaratri Dalam Cerita Lubdhaka

[adace-ad id="6771"]

Makna Hari Siwaratri Dalam Cerita Lubdhaka – Ibarat dalam sebuah wadah yang telah terisi larutan yang berwarna gelap (dosa), maka untuk mengurangi dominasi warna gelap tersebut, maka harus terus diisi dengan larutan yang berwarna bening (perbuatan baik), sehingga secara tidak langsung warna gelap (dosa) tersebut dinetralisir oleh larutan berwarna bening (perbuatan baik), tetapi warna gelap itu tetap ada dalam wadah tersebut sama seperti dosa yang tidak bisa dilebur atau dihilangkan akan selalu terbawa sebagai karma wasana.

Di Website Portal Berita nawabali.id akan membahas tentang makna siwaratri, dimana hal tersebut erat kaitannya dengan cerita Lubdhaka.

Dalam perayaan Siwaratri (malam siwa) dalam kitab Siwaratri Kalpa digambarkan sosok tokoh Lubdaka yang sesungguhnya adalah manusia itu sendiri. Lubdaka digambarkan sebagai seorang pemburu yang dalam kehidupan secara nyata sesungguhnya manusia itu sendiri. Sifat manusia yang sesungguhnya pemburu dalam hidup ini. Manusia selalu memburu apa yang diinginkannya, terlebih harta benda dan kekuasaan.

Bila semua itu telah tercapai, maka terkadang manusia lupa tentang hakikat diri dan tujuannya diberikan kesempatan hidup menjadi manusia. Apalagi manusia telah dibutakan dengan materi (materialistik) dan selalu mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa rasa peduli (kapitalis). Bila hal ini terjadi, maka hati nurani dan jiwa insani manusia telah rusak dan hancur.

Baca Juga  Minikino Open December ke-17, Festival Film Pendek di Desa

Penggambaran manusia sebagai homo economicus yaitu makhluk bersaing/pencari keuntungan tidak terbantahkan. Inilah yang terjadi bila materialisme dan kapitalisme telah merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan manusia. Paham inilah sesungguhnya telah menjangkit dalam kehidupan manusia di zaman globalisasi.

Penggambaran tokoh Lubdaka dalam perayaan Siwaratri (malam siwa) sebagai pemburu yang melakukan aktifitas di tengah hutan belantara secara filosofi sesungguhnya adalah manusia yang melaksanakan aktifitas/perbuatan di dunia ini (marcapada). Binatang yang diburu adalah babi hutan yang merupakan simbol kerakusan (loba) yang mesti dikalahkan.

Adapula binatang buas yaitu harimau yang merupakan simbol ego (keakuan/kesombongan) yang harus ditaklukan. Jika dikaitkan dengan kehidupan yang sesungguhnya merupakan pergulatan Lubdaka (diri manusia) dalam mengalahkan segala bentuk sifat loba, keakuan dan kesombongan. Manusia (Lubdaka) diharapkan mampu mengalahkan sifat loba (rakus) untuk mengumpulkan harta kekayaan (materialistik) dan menaklukan keakuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. (GAAS – NAWABALI.ID)


Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *