Ada jutaan aplikasi yang ditawarkan Google Play Store. Tidak semuanya berguna. Banyak yang aneh-aneh. Tidak sedikit pula yang konyol.
Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, ada aplikasi yang sengaja dibuat dengan maksud jahat. Diperlukan sikap bijak dan hati-hati dalam mengunduh dan memasang aplikasi di ponsel kita.
Laporan terbaru VPNpro pada 3 Februari mengungkapkan temuan yang mengganggu. Ditemukan 24 aplikasi android yang patut dicurigai berbahaya.
Aplikasi-aplikasi berbahaya itu dibuat oleh lima perusahaan pengembang aplikasi. Namun, setelah ditelusuri, semuanya ternyata berasal dari satu grup: Perusahaan teknologi besar Cina, Shenzhen Hawk.
Shenzhen Hawk mempunyai reputasi kurang baik. Perusahaan ini (dan induknya, TCL Corporation) berkali-kali dikaitkan dengan kasus berat pelanggaran privasi dan keamanan melalui aplikasi.
Mengapa 24 aplikasi dari grup Shenzhen Hawk berbahaya? Ketika dipasang di ponsel, aplikasi-aplikasi itu meminta pengguna untuk memberi izin akses lebih besar daripada yang diperlukan.
Contohnya, ada aplikasi pembersih virus yang meminta izin untuk mengakses kamera dan lokasi, melakukan panggilan telepon, mendapatkan akun pengguna, membaca kontak pengguna, mengakses penyimpanan eksternal ponsel dll. Pertanyaannya: Untuk apa aplikasi antivirus meminta segala macam akses itu?
Kalau kurang hati-hati, pengguna akan main oke saja, menuruti semua permintaan akses aneh-aneh yang dimunculkan aplikasi. Akibatnya bisa tidak menyenangkan.
Data pengguna bisa dimanfaatkan oleh pengembang aplikasi untuk banyak hal yang mendatangkan uang, secara legal maupun ilegal. Pengembang aplikasi bisa memanen data pengguna untuk dijual ke pihak ketiga. Pihak pembeli data itu kemudian bisa menjadikan pengguna sebagai target iklan, misalnya.
Informasi kontak, pesan pribadi, gambar, video dll. yang ditambang dari ponsel pengguna bisa pula dijual ke pasar gelap. Pengembang aplikasi juga bisa memanfaatkan izin akses dari pengguna untuk tujuan yang lebih jahanam. Misalnya, meluncurkan program jahat seperti malware, ransomware, rogueware dsb.
Menurut Forbes, dari 24 aplikasi android yang terindikasi berbahaya, enam aplikasi meminta akses ke kamera pengguna. Dua aplikasi meminta akses ke telepon pengguna, sehingga aplikasi bisa melakukan panggilan telepon sendiri. Lima belas aplikasi dapat mengakses lokasi GPS pengguna dan membaca data di penyimpanan eksternal ponsel. Empat belas aplikasi dapat mengakses detail telepon pengguna dan jaringannya. Satu aplikasi dapat merekam suara di perangkat atau server-nya sendiri. Satu aplikasi bisa mengakses kontak pengguna.
Dua puluh empat aplikasi hitam itu sempat bertengger di Play Store, dan telah diunduh lebih dari 382 juta kali! Sebagian diketahui mengandung malware dan rogueware.
Untunglah, setelah dilapori oleh Zak Doffman tentang temuan VPNpro, Google langsung ambil tindakan. Dalam pemutakhiran artikel Doffman di Forbes pada 4 Februari, raksasa teknologi itu menegaskan telah menyingkirkan 24 aplikasi berbahaya tersebut dari Play Store.
Berdasarkan pemantauan Nawabali, beberapa aplikasi berbahaya itu sampai hari ini masih terpampang di halaman situs web Shenzhen Hawk. Namun, tautan ke Google Play sudah terputus.
Inilah 24 aplikasi berbahaya dan perusahaan pengembangnya:
- Super Cleaner (Hawk App)
- Super Battery (Hawk App)
- Virus Cleaner 2019 (Hi Security)
- Hi Security 2019 (Hi Security)
- Hi VPN, Free VPN (Hi Security)
- Hi VPN Pro (Hi Security)
- Net Master (Hi Security)
- World Zoo (Tap Sky)
- Puzzle Box (Tap Sky)
- Word Crossy! (Tap Sky)
- Soccer Pinball (Tap Sky)
- Dig it (Tap Sky)
- Laser Break (Tap Sky)
- Word Crush (Tap Sky)
- Music Roam (Tap Sky)
- File Manager (mie-alcatel.support)
- Sound Recorder (mie-alcatel.support)
- Joy Launcher (mie-alcatel.support)
- Turbo Browser (mie-alcatel.support)
- Weather Forecast (mie-alcatel.support)
- Calendar Lite (mie-alcatel.support)
- Candy Selfie Camera (ViewYeah Studio)
- Private Browser (ViewYeah Studio)
- Candy Gallery (Alcatel Innovative Lab)
Jika Anda telanjur memasang aplikasi-aplikasi itu di ponsel Anda, sebaiknya hapus sekarang juga. NAWABALI
Leave a Reply