Dulu, balai banjar adalah tempat anak-anak, remaja dan krama banjar berlatih menari dan menabuh. Namun kini balai banjar sebagai “pusat kebudayaan” di desa banyak yang berubah fungsi. Tak sedikit yang disewakan atau dijadikan tempat bisnis.
Pergeseran fungsi itu tidak membuat krama Banjar Beraban, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar, melupakan balai banjar sebagai tempat merawat budaya dan agama. Salah satu buktinya adalah renovasi bale kulkul yang dilakukan krama Banjar Beraban. Sesuai namanya, bale kulkul adalah balai atau bangunan tempat kulkul atau kentongan.
Bale kulkul baru Banjar Beraban dibuat sangat menarik perhatian. Bangunannya bergaya Bali, menjulang tinggi sehingga terlihat jelas dari kejauhan. Menara megah ini seakan hadir sebagai ikon baru Banjar Beraban.
Menurut kelian adat Banjar Beraban, Ir. I. B. Putu Bintana, kulkul berfungsi sebagai sarana komunikasi untuk memberi tanda kepada warga atau penyungsung-nya. Jumlah atau irama pukulan kulkul mempunyai arti tersendiri yang berbeda-beda di setiap daerah ataupun banjar sesuai dengan kesepakatan bersama. “Bale kulkul dapat memiliki fungsi kemasyarakatan, seperti digunakan di desa sebagai sarana komunikasi, atau untuk fungsi keagamaan. Bale kulkul merupakan bagian penting dari pengetahuan arsitektur tradisional Bali, asta kosala kosali,” ujarnya.
Kulkul di Banjar Beraban sendiri dibuat oleh undagi Ida Putu Kopag dari Griya Beraban Denpasar pada sekitar tahun 1950-an. Berdasarkan kesaksian mantan kelian, I Wayan Mudra, kulkul ini pertama kali dipasang di balai banjar pada tahun 1956, awal berdirinya Banjar Beraban.
Untuk mengikuti perkembangan zaman dan mempercantik arsitektur, diputuskan untuk membangun kembali bale kulkul Banjar Beraban. “Pekerjaan membuat bale kulkul dengan desain baru ini dikerjakan secara bergotong-royong dengan seluruh krama Banjar Beraban. Tim kreatif melibatkan I. B. Krisnu Wibawa, I. B. Putra Sanjiwan, I Wayan Ariawan, I Wayan Masna, I Putu Setiawan dan teruna-teruni Banjar Beraban,” terang I Wayan Sudiatnika, S.T., pemborong yang menangani pembangunan.
Menurut sarjana arsitektur dari Universitas Udayana ini, ide pemugaran bale kulkul Banjar Beraban bermula dari terjadinya angin kencang dan gempa pada Desember 2018. Kejadian itu membuat genting-genting beterbangan dan menimpa bangunan SD di sebelah balai banjar.
Prajuru banjar kemudian mengadakan rapat dan membentuk panitia renovasi bale kulkul pada Januari 2019. Setelah itu dimulailah penggalangan dana untuk pembangunan. Dana pun didapat dari Pemerintah Provinsi Bali, Angkasa Pura, BNI, PT Indonesia Power dan sumbangan dari krama Banjar Beraban. Selain mendonasikan uang, ada krama yang menyumbang material, ada pula yang berkontribusi membuat prada dsb.
Berkat gotong-royong dan kebersamaan, bale kulkul Banjar Beraban akhirnya di-pelaspas pada Sabtu, 25 Januari. Upacara di-puput Ida Pandita Mpu Dhaksa Mertha Yoga. Kemudian dilanjutkan dengan odalan di Pura Banjar Beraban, di-puput Ida Pedanda Oka Keniten dari Griya Beraban.
Acara melaspas bale kulkul dibuat meriah. Ada pementasan kesenian tradisional yang digarap teruna-teruni Banjar Beraban. Tujuannya agar seluruh masyarakat Banjar Beraban tahu bahwa kulkul di banjar mereka kembali berfungsi seperti dahulu.
Peresmian bale kulkul baru Banjar Beraban dihadiri Camat Denpasar Barat, A. A. Ngurah Made Wijaya, S. Sos., tokoh masyarakat dan perwakilan sponsor. NAWABALI
Leave a Reply