Open December, acara akhir tahun organisasi festival film pendek, Minikino, telah berlangsung untuk yang ketujuh belas kalinya. Diselenggarakan pada Sabtu, 21 Desember, Open December tahun ini terasa istimewa karena digelar bekerja sama dengan pemerintah Desa Padangsambian Kaja.
Acara diadakan di Balai Pertemuan Karang Sari, Jalan Gunung Sari, Padangsambian Kaja, Denpasar, dalam bentuk Pop-Up Cinema atau layar tancap. “Ini pertama kalinya, dalam 17 tahun, Open December diadakan dalam bentuk layar tancap di tempat terbuka,” kata I Made Suarbawa selaku koordinator teknis.
Para pembuat film dari berbagai penjuru satu-persatu berdatangan ke Balai Pertemuan Karang Sari sejak pukul 18.00 WITA. Sesuai aturan unik Open December, pembuat atau penanggung jawab film memang wajib hadir kalau ingin filmnya diputar. Pendaftaran hanya bisa dilakukan di lokasi acara. Semua jenis film pendek diterima tanpa pilih-pilih. Film yang lebih pendek akan diputar lebih dahulu.
“Ini festival unik, karena kami sebagai penyelenggara tidak pernah mengetahui siapa yang datang dan film apa yang akan didaftarkan. Kami hanya menyebarkan publikasi seluas-luasnya, menyiapkan tempat dan menunggu,” ujar Edo Wulia, Direktur Minikino. “Acara juga dibatasi hanya dua jam saja, sehingga kalau kebanjiran pendaftar film, maka ada risiko film yang urutannya geser ke belakang melebihi jam acara terpaksa tidak bisa diputar.”
Pada pukul 18:00, para filmmaker sudah mulai berdatangan mendaftarkan filmnya. Pukul 18.50, pendaftaran ditutup, dan layar telah siap. Ada sembilan film yang diputar, yaitu “TITIK AKHIR” (01:16 menit) karya sutradara Medy Mahasena, “BREAKFAST” (02:50 menit) karya Sally Halstead, “DUETRIP WITH SIDE PROJECT” (03:00 menit) oleh Pool Moon Elephant & Andy, “BEHIND THE SCENE FILM 12.00” (04:28 menit) oleh Wira Arya Dharma dan peserta workshop, “SEPATU” (05:44 menit) oleh RJ Damayanti dan Irfan Thamrin, “12.00” (05:49 menit) oleh Wira Arya Dharma, “HARI LAHIR” (12:14 menit) oleh Imam Ghitrif Yuniandri dan Jaggro Jingga Muhammad, “TAPI BOHONG” (15:00 menit) oleh Ivan Surya Nugraha, dan “TERGILA-GILA” (15:00 menit) karya Nirartha B. Diwangkara. Pemutaran sembilan film tersebut memakan waktu kurang dari dua jam.
Kesembilan film yang diputar pada malam itu sangat bervariasi. Temanya mulai dari horor, video musik, dokumentasi kegiatan, komedi, hingga drama kejiwaan. Para filmmaker dan penonton yang hadir pun sangat beragam latar belakangnya. Ada pembuat film yang karyanya telah memiliki reputasi dan diputar di festival se-Asia Tenggara serta mendapatkan berbagai penghargaan. Ada juga yang benar-benar baru pertama kali menayangkan filmnya di depan publik.
Sebelum film mulai diputar, Kepala Desa Padangsambian Kaja, I Made Gede Wijaya, S.Pt., M.Si., memberikan sambutan. “Biasanya kami di Desa Padangsambian Kaja hanya mengurusi masalah jalan rusak, selokan tersendat, kerja bakti bersih lingkungan. Kali ini kami merasa selangkah lebih maju dengan mengadakan pelatihan dalam bidang seni kreatif seperti film ini. Mudah-mudahan ini menjadi wadah kreativitas yang bagus bagi anak-anak muda di lingkungan desa kami,” ucap Pak Kepala Desa.
Open December ke-17 menjadi momen istimewa bagi para peserta workshop “Literasi Film dan Produksi Film Pendek” yang sebelumnya diselenggarakan Minikino bekerja sama dengan Desa Padangsambian Kaja. Sebab, film pendek mereka yang berjudul “12.00” ditayangkan perdana di muka umum pada acara ini.
“Sebetulnya masih ada beberapa skenario lain yang siap, hasil dari workshop. Namun kisah film ‘12.00’ dipilih untuk produksi karena mempertimbangkan berbagai tantangan teknis. Idenya mengambil mitos tentang mimpi di siang bolong,” kata Aryanthi Suastika dan Wira Arya Dharma mewakili teman-temannya.
Di akhir acara, seluruh pembuat film diundang tampil ke depan dan berbagi cerita mengenai filmnya. Mereka juga menjawab berbagai pertanyaan dari penonton yang penasaran.
Leave a Reply